Rabu, 19 Maret 2008

JADI KAMU INGIN MENJADI BINTANG ROCK AND ROLL?


Bagaimana cara menjadi bintang rock and roll? Jawabannya mudah saja, “Ambil saja gitar elektrik dan habiskan waktu sejenak untuk belajar memainkannya.”


Kurang lebih begitu pesan yang ingin disampaikan Roger McGuinn, gitaris sekaligus pentolan grup The Byrds lewat petikan singelnya So You Want To Be A Rock ‘n’ Roll Star. Dirilis bulan Februari 1967, singel hit yang terambil dari album Younger Than Yesterday ini seolah menggambarkan kejenuhan mereka sebagai musisi folk yang ingin keluar dan mencoba bermain rock and roll. Lebih dari itu, singel ini ibarat refleksi personal McGuinn dan keempat personil The Byrds yang tak menyangka bahwa mereka akan menjadi bintang rock and roll yang berpengaruh dalam perjalanan musik rock Amerika era 60an.

Butuh 1 tahun bagi The Byrds untuk menjadi bintang rock and roll sejak terbentuk di Los Angeles, California tahun 1964. Awalnya mereka adalah musisi folk yang bermain di klab-klab kecil di sekitar California. Adalah menarik melihat sejarah pertemuan mereka menjadi sebuah band. Saat itu, Roger McGuinn sering tampil di klab folk Troubadour di Los Angeles membawakan lagu-lagu Beatles secara akustik. McGuinn sempat mengeyam pendidikan musik lewat Old Town School of Folk Music di Chicago. Ia sempat menjadi musisi pendukung band The Limeliters dan The Chad Mitchell Trio. Kembali ke Troubadour, saat itu, seorang audiens bernama Gene Clark, yang baru saja keluar dari band folk New Christy Minstrel, tertarik dengan kombinasi folk dan rock yang McGuinn mainkan. Setelah pertunjukan usai, Clark mengajak McGuinn untuk membuat lagu bersama. Keesokan harinya, mereka memainkan lagu mereka di klab yang sama. Tidak hanya Clark, seorang bernama David Crosby yang juga menonton mereka mendadak mendekat naik ke panggung dan mulai ikut bernyanyi dalam harmoni tinggi. Usut boleh usut, ternyata McGuinn sudah mengenal Crosby yang sebelumnya tergabung dalam grup Les Baxtres Balladers, namun McGuinn masih ragu saat Crosby mengajaknya bekerjasama. Pertemuan mereka bertiga sekaligus menjadi awal terbentuknya The Jet Set. Adalah Jim Dickson, produser di World Pasific Studios yang adalah teman dari Crosby yang kemudian menjadi manajer mereka.

The Jet Set kemudian merekam singel pertama mereka Please Let Me Love You. Uniknya, ketika singel ini diliris oleh perusahaan rekaman Columbia tahun 1964, mereka mengganti nama menjadi The Beefeaters. Karena singel tersebut tidak menjadi hit, maka Dickson mengusulkan untuk mencari pemain bas dan seorang drummer. Seorang eks pemain Mandolin bluegrass, Chris Hillman diundang Dickson untuk bermain bas. Hillman sendiri adalah bekas anggota band folk The Hillmen. Tanpa membuang waktu, McGuinn dan Crosby mencari drummer untuk melengkapinya. Suatu malam, saat mereka tengah berdiri di depan Troubadour, mereka melihat sosok Michael Clarke, berambut poni dan blonde, yang menurut mereka mirip Brian Jones dari The Rolling Stones. Clarke sendiri adalah bekas pemain conga yang biasa tampil di Big Sur di San Fransisco. Tanpa berpikir panjang, mereka berdua mengajak Clarke untuk bergabung meskipun mereka tidak tahu bahwa saat itu Clarke tidak bisa bermain drum.

Tampil dengan nama The Byrds, awal karir mereka ternyata belumlah bisa lepas dari folk. Baik McGuinn, Clark dan Crosby bermain gitar akustik 12 senar. Hillman tengah belajar dengan bas murah buatan Jepang sementara Clarke saat itu belum memiliki drum kit, meskipun ia sudah memiliki stik drum. Melihat keadaan ini, Dickson mencari pinjaman agar anak-anak asuhannya bisa memiliki instrumen sendiri. Mereka kemudian pergi menonton film Beatles Hard Days Night dan melihat instrumen yang dipakai Beatles. Akhirnya, dengan pinjaman Dickson sebesar 5.000 dolar ditambah hasil penjualan Banjo dan gitar akustik milik McGuinn, mereka membeli Gitar elektrik merk Rickenbacker 12 senar, gitar elektrik merk Gretsch, bas merk Gibson dan drum merk Ludwig serta beberapa amplifier kecil merk Epiphone. Tidak tanggung-tanggung, mereka bahkan membeli jas hitam demi untuk terlihat seperti The Beatles.

Setelah menghabiskan waktu belajar gitar elektrik, impian itu terwujud setelah sebuah singel Bob Dylan Mr. Tambourine Man mencetak hit dengan menduduki peringkat pertama tangga lagu top 40 Billboard pada 26 Juni 1965, 21 hari setelah singel ini dirilis. Sejak itu, nama The Byrds pun menjadi ramai dibicarakan banyak orang hingga Billboard pun mentahbiskan mereka sebagai band “folk-rock”. Pada singel ini, nyata sekali terlihat perpaduan antara melodi Dylan dan beat ala Beatles. Album Mr. Tambourine Man, yang kemudian dirilis pun patut dibubuhkan tinta emas dalam sejarah album rock di dunia. Konon, intro lagu The Bells Of Rhymney mengilhami George Harrison saat ia membuat intro yang mirip pada lagu If I Needed Someone dari album Beatles, Rubber Soul yang, uniknya, dirilis di tahun yang sama.

Selama kurun waktu 1965-68, The Byrds dianggap membuka jalan bagi banyak band di Amerika pada akhir 60an. Mereka menjadi pionir folk rock tahun 1965 lewat album Mr. Tambourine Man. Setahun sesudahnya, lewat album 5th Dimension, The Byrds menjadi menemukan pyschedelic rock, terutama lewat singel Eight Miles High yang memadukan antara rock, jazz ala John Coltrane dengan musik indian yang disebut raga. Singel ini pun sempat dilarang di stasiun radio Amerika akibat lirik yang sarat muatan obat bius. Kemudian di tahun 1968, lewat album Sweetheart Of Rodeo yang notabene dipandang sebagai album rock pertama yang mencampurkan unsur musik country, The Byrds menemukan country rock.

Namun ironisnya, menjadi band rock and roll bukannya tiada hambatan. Tidak lama setelah singel Eight Miles High dirilis, Gene Clark keluar dari band, hanya karena masalah sepele, ketakutannya untuk terbang saat mlereka akan tur dari Los Angeles ke New York. Sementara David Crosby, yang ternyata banyak bersilang pendapat dan ego dengan McGuinn, akhirnya menyusul Clark. Bersama dengan Stephen Stills dan Nash, ia membentuk Crosby Stills and Nash, yang menjadi populer berkat keterlibatannya di Woodstock tahun 1969. Dari sini, The Byrds banyak melakukan bongkar-pasang personil sampai akhirnya mereka berlima reuni kembali dalam album Untitled di tahun 1973.

Ternyata memang tidaklah terlalu sulit untuk menjadi bintang rock and roll. Setidaknya baik McGuinn, Clark, Crosby, Clarke dan Hillman telah membuktikannya. Dylan dan Beatles pun mengakuinya. Di luar itu, menjadi seorang bintang rock and roll ternyata tidak sekedar mengambil gitar elektrik dan menghabiskan sejenak untuk memperlajarinya. Lebih dari itu, dengan mengutip bait terakhir dari lagu yang sama, “ Namun kamu membayar untuk kekayaan dan popularitas/ Apakah itu semua permainan aneh/ kamu sedikit gila/ Uang yang datang juga protes publik/ Jangan lupa siapa dirimu/ kamu adalah bintang rock ‘n’ roll. ” Bait terakhir ini seakan memberi pesan, bahwa rock and roll adalah sebuah kutukan.

1 komentar:

Fajar Martha mengatakan...

Terimakasih shinezine! Interaksi sy dgn tulisan"kalian adlh stlh ptemuan sy dgn bagus MC yg dgn baik hati mminjamkan sy 3 eksemplar shine (kl ga salah edisi shoegaze, indiepop shacks US, ma shine yg ada blur & moz nya).
Terus terang dahaga sy akan music jurnalism, esp. indiepop langsung terpuaskan oleh lembar" ftokopian kalian!
Sblum'a, sbgai pkenalan, sy adlh mahasiswa smster3 asal jakarta yg kuliah di jogja.
Blog ini sy 'link'-an yah? Maaf br ngasitau skrg..
^^
Salam bwt mas acum! Kl pas di acara we are pop di heyfolks kmarin anda melihat seseorang memakai kaos bangkutaman-berhoodie rip c**l, itu sy mas! Hehe

*kpn nih shine terbit lagi? Salam dr mas bagus juga!


Warm regards,
Fajar Martha